Pengertian Redenominasi Serta Dampak dari Redenominasi

www.nocompromise.orgPengertian Redenominasi Serta Dampak dari Redenominasi. Dari sudut pandang ekonomi, mengganti nama bukanlah hal baru. Namun, ini masih terdengar biasa. Hal ini terutama berlaku untuk orang yang tinggal di daerah dengan sedikit informasi (seperti daerah terpencil tertentu). Oleh karena itu, kita semua harus memahami dengan jelas arti dari denominasi itu sendiri, agar tidak menimbulkan kebingungan dan kesalahpahaman.

Sering menggunakan “denominasi informal”

Jika Anda tidak menyadarinya, masyarakat kita dapat secara tidak langsung dan informal mengubah namanya sendiri. Artinya, masyarakat Indonesia selalu terbiasa mengganti nama transaksi dan pencatatan keuangannya meski tidak ada regulasi formal oleh otoritas mata uang.

Berbagai masyarakat perkotaan pun sudah terbiasa menyebut nilai nominal rupiah Indonesia harus lebih kecil dari nilai yang semestinya. Kita dapat dengan mudah menemukannya di kedai kopi, supermarket kecil, restoran, dan pasar tradisional. Biasanya mereka sudah selesai menulis dan mengatakan harga dagan, seolah-olah denominasi sudah di-reset.

Contoh sederhananya adalah menu kopi di kedai kopi dengan harga Rp 25.000, sedangkan harga yang tercatat hanya 25.000. Dalam kasus ini, “k” adalah kelipatan seribu.

Baca Juga: Pengertian Tentang Saham Serta Aspek Yang Harus Dipahami

Bahkan di berbagai pasar tradisional, kita harus memperhatikan transaksi antara pedagang dan pembeli yang telah menyederhanakan acuan nilai rupiah saat tawar-menawar. Misalnya, seorang pedagang buah menawarkan alpukat dengan harga Rp 30.000 per kilo, dan pembeli hanya menyebutkan 25 untuk menyediakannya, artinya Rp 25.000 per kilo.

Singkatnya, mengubah wajah bisa menjadi positif atau menguntungkan. Tetapi, di sisi lain, jika orang yang tidak memiliki pendidikan relevan menganggapnya merusak atau mengurangi nilai uang, hal itu juga dapat dianggap merugikan.

Apa itu Redenominasi

Barangkali kita sempat mendengar konsep yang disampaikan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo sebelum 2013. Sebagian bulan sesudah peluncuran currency plan anyar pada akhir 2016, kedua pejabat finansial negara dari Bank Indonesia dan Kementerian Finansial kembali menjelaskan kembali rencana denominasi yang bakal diajukan ke DPR dengan kepercayaan mampu dibahas pada 2017.

Apabila kebijakan tersebut disetujui dan dilaksanakan, berarti biaya rupiah Indonesia bakal disederhanakan dengan menghilangkan tiga poin nol. Mampu dibayangkan bahwa kita mempunyai 10 juta rupiah, maka menurut kebijakan ini kita cuma mempunyai 100. 000 rupiah. Lantas mata uang 1. 000 rupiah diubah sebagai 1 rupiah. Apabila kita mengadopsi kebijakan penggantian nama, sekian pergantian bakal terjadi. Akan tetapi kenyataannya, denominasi itu apa dan apa pengaruhnya kepada perekonomian Indonesia.

Sebelum kita mengetahui apa jawaban pecahannya, coba kita lihat mengapa mata uang rupiah Indonesia nol. Jelas kita mengetahui apa itu inflasi. Inflasi ialah jumlah uang di pasar yang tak seimbang dengan terus meningkatnya banderol komoditas. Mampu dibayangkan, apabila level inflasi mahal, biaya mata uang bakal bermain mengingat jumlah komoditas yang kian sekian.

Pernahkah kita menyangka kalau banderol sepotong roti mampu mencapai ratusan ribu rupee, terlebih jutaan rupiah. Ini mampu terjadi apabila level inflasi mahal. Indonesia sekian mengalami inflasi dalam perkembangannya, tersebutlah sebabnya biaya rupiah kita jauh lebih mahal dari biaya mata uangnya.

Nah, untuk menetralkan mata uang pada saat keadaan ekonomi stabil, harus dijalani usaha untuk kembali menstabilkan biaya mata uang, yakni menghilangkan nol pada biaya satuan mata uang. Kebijakan ini disebut denominasi.

Akan tetapi, timbul pertanyaan, apakah denominasi yang sejatinya? Apa dampaknya buat perekonomian Indonesia? Ini mendorong orang untuk berusaha mendapatkan cara untuk mengurangi poin nominal yang saat ini dilesatkan dalam rupiah Indonesia. Apakah pengurangan biaya yang dibutuhkan bisa membawa perekonomian kita dan apa pengaruh kebijakan tersebut kepada inflasi apabila diberlakukan.

Dalam arti khusus, denominasi mengacu pada pengurangan nomor mata uang yang ditentukan atau menyederhanakan biaya yang ditentukan dalam mata uang, namun tak merubah biaya mata uang. Dari pengertian berikut, kita bisa menyimpulkan kalau kebijakan penyesuaian denominasi cuma pengurangan biaya digital, dan tak bakal merubah biaya mata uang. Misal, apabila pecahan mata uangnya tiga poin nol, maka itu ialah Rp. 1000,- akan sebagai Rp. 1,- tapi biaya mata uangnya serupa. Kemudian, bagaimana apabila kita merekrut dengan banderol Rp atau ingin merekrut barang. 10. 000,- lalu kita perlu 10 uang kertas 1,- atau Rp. 10 uang kertas.

Contoh lain, apabila kita ingin merekrut 1 liter bensin dengan banderol Rp. 7500, berikutnya kita bakal merekrutnya dengan banderol Rp. 7. 5 Oleh mengingat itu, dengan uang yang lebih kecil 7, 5 rupiah, kami bakal mempertahankan biaya barang tersebut tak berubah, yakni 1 liter bensin. Apabila kebijakan ini diberlakukan tentu bakal mengakibatkan kebingungan. Oleh mengingat itu, dibutuhkan saat yang lumayan dan persiapan yang matang supaya taktik ini bisa dilaksanakan.

Kebijakan tersebut mempunyai sebagian tujuan, antara lain ialah menyederhanakan biaya mata uang yang terdapat dengan tujuan untuk memudahkan mata uang dan mengurangi jumlah mata uang tanpa mengurangi biaya yang terdapat. Disamping itu, kebijakan ini bakal diberlakukan pada saat kondisi sebuah negara ada pada level inflasi yang lumayan normal dan stabil atau dalam kisaran yang maklum.

Disamping itu, pecahan juga dimaksudkan untuk menyeimbangkan biaya poin mata uang supaya serupa dengan biaya mata uang negara lain. Misal saja, apabila 1 dolar AS saat ini serupa dengan Rp 13. 000, maka pecahannya ialah 1 dolar AS, maka sebagai Rp 13. Dengan cara ini, biaya mata uang tak bakal melonjak begitu mahal ketimbang dengan biaya biaya tukar antar mata uang. Akan tetapi, harus diketahui kalau biaya mata uang ini bakal tetap serupa.

Kebijakan pergantian nama juga termasuk kebijakan yang memerlukan sosialisasi lebih dulu, sesudah terdapat keputusan dan persetujuan DPR, sebagian lolos terpaksa dijalani. Menurut Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, diperlukan saat sekitar 7 tahun untuk transisi dari penghapusan tiga poin nol sebagai biaya rupiah saat ini. Disamping itu, harus saat sekitar kedua tahun buat Bank Indonesia untuk melesatkan mata uang pecahan anyar. Untuk merealisasikan rencana tersebut dibutuhkan payung hukum yang bisa membela dan mengatur terciptanya peralihan dari denominasi.

Di satu sisi, Menteri Finansial Sri Mulyani menyatakan kalau biaya rupiah Indonesia nol, yang termasuk gambaran historis terciptanya inflasi yang terjadi di Indonesia semenjak era belakangan. Mata uang dalam denominasi bakal bisa menaikkan biaya mata uang kita tanpa mempengaruhi ekonomi mikro dan makro. Berikutnya, kita bakal menyaksikan apakah kebijakan ini bakal disetujui oleh Parlemen dan diberlakukan dalam sebagian tahun ke depan.

Berikut pro dan kontra redenominasi rupiah Indonesia.

  1. Meningkatkan kredibilitas koin perisai

Jika dilihat kembali dalam skala global, rencana redenominasi rupiah memang bisa memberikan nilai positif bagi bangsa Indonesia. Angka ini bisa didapat karena langkah yang disederhanakan ini bisa meningkatkan kredibilitas rupiah dan menjadikannya sama dengan mata uang negara lain.

Karena nilai tukarnya hampir sama, misalnya 1 dollar AS sama dengan 13.000 rupiah, tapi setelah diganti nama 1 dollar akan sama dengan 13 rupiah. Anda akan melihat perbedaan besar, bukan perbedaan angka? Hal ini diyakini akan meningkatkan kredibilitas rupiah Indonesia.

Selain itu, misalnya ketika ditukar dengan mata uang asing seperti dolar A.S., karena nilainya hampir sama, kita tidak perlu membawa mata uang dalam jumlah besar. Oleh karena itu, penyederhanaan rupiah dikatakan dapat meningkatkan kredibilitas rupiah yang dinilai melemah dan melemah akibat penurunan nilai tukar dolar.

  1. Buat penghitungan lebih sederhana

Selain itu, penyederhanaan ini juga akan membuat perhitungan keuangan menjadi lebih sederhana dan kompleks, karena beberapa angka telah disederhanakan. Sebab, penggantian nama hanya menyederhanakan angka yang tercetak pada mata uang rupiah Indonesia, bukan mengubah nilainya.

Baca Juga: Cerita Final Fantasy IX Serta Karakter Pemain

Oleh karena itu jika sebelumnya diubah namanya menjadi Rp. 10.000, jumlahnya akan diubah menjadi Rp.10 tanpa mengubah nilai tukar awal. Dengan cara ini, menyebutkan uang tidak akan membuat pusing kepala, karena nilai bagian ini mungkin sangat besar. Misalnya, ada paling banyak milyaran triliunan, di mana angka nol tersusun.

  1. Pembulatan nominal

Kita sering melihat bahwa di supermarket atau supermarket besar, harga nominal yang tertera pada label harga harus diikuti beberapa angka. Setelah mengganti nama rupiah tentunya kita tidak akan pernah melihat angka-angka unik tersebut lagi. Mengapa? Karena nilai nominal harus dibulatkan secara langsung atau tidak langsung.

Jika pada label harga sebelumnya tertulis Rp49.491, dan setelah diganti namanya, nilainya akan dibulatkan menjadi Rp50-karena biasanya dibulatkan menjadi lebih tinggi daripada lebih rendah. Tentunya ini akan lebih praktis, karena Anda tidak perlu lagi menggunakan angka-angka cantik yang terlihat seperti penyamaran.

  1. Dapat memicu inflasi

Padahal, inflasi disebabkan oleh penurunan nilai tukar mata uang akibat kenaikan harga pasar. Namun, meski denominasi tersebut tidak menurunkan nilai rupiah, namun dampak redenominasi tersebut terhadap rupiah cenderung menimbulkan inflasi.

Ini karena penyederhanaan nilai moneter akan menghasilkan pembulatan nilai perisai. Oleh karena itu, harga awalnya hanya Rp15.500-setelah terjadi penggantian nama akan dibulatkan menjadi Rp16, bukan Rp15,5 -. Oleh karena itu, bagaimanapun harganya, harga akan naik, dan jika pemerintah tidak merumuskan kebijakan denominasi yang komprehensif dan adil, kenaikan harga ini akan memicu inflasi besar-besaran.

Tidak hanya harga komoditas, tetapi juga uang kertas, pajak, dan panggilan telepon. Jika informasi yang disampaikan kepada publik tidak lengkap, pasti akan menimbulkan kebingungan.

  1. Menyebabkan penurunan daya beli sosial

Selain itu, dampak penerapan mata uang rupiah juga dapat berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidakseimbangan informasi, tetapi juga karena perubahan nilai rupiah, dan kenaikan harga akibat pembulatan angka.

Laju kenaikan harga bisa cepat atau lambat, yang sebenarnya bergantung pada penerimaan masyarakat atas kebijakan tersebut, apakah kebijakan tersebut diterapkan nanti.

Karena penggantian nama adalah kebijakan yang sangat rumit yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat, penelitian mendalam harus dilakukan sebelum implementasi yang sebenarnya. Dan benar-benar pertimbangkan pro dan kontra serta dampak yang akan dihasilkan. Karena tanpa dukungan semua pihak terkait dan masyarakat, kebijakan ini tidak akan terlaksana dengan baik.

Tujuan denominasi

Setiap negara memiliki target denominasi yang berbeda. Keberadaan banyak figur mata uang merupakan hasil akumulasi krisis ekonomi dan inflasi di masa lalu. Jika jumlah digit mata uang meningkat, level yang perlu diubah namanya akan lebih tinggi.

Namun Indonesia tidak pernah mengalami hiperinflasi, lalu apa tujuan dan manfaat dari pembentukan denominasi?

Akuntansi dan pencatatan harian bisa lebih sederhana

Pengurangan nol digit dalam mata uang akan memudahkan pencatatan akuntansi atau kehidupan sehari-hari. Kita semua tahu bahwa tiga angka nol hampir sama sekali tidak berguna, dan tiga angka nol pada dasarnya hanya memperpanjang penulisan angka.

Oleh karena itu, jika ketiga angka nol ini dihilangkan, seluruh tugas pencatatan keuangan akan sangat sederhana untuk meminimalkan kesalahan penulisan.

Tingkatkan kredibilitas dan kesetaraan mata uang

Seperti kita ketahui bersama, selisih kurs antara rupiah Indonesia dan dolar AS sangat jauh. Satu dolar AS kira-kira sama dengan Rp14.000, dan satu dolar AS sama dengan 21,3 Baht Thailand dan 4,24 Ringgit Malaysia.

Adanya perubahan nama tersebut dapat memberikan kesan bahwa nilai tukar rupee sama dengan mata uang asing lainnya. Dalam pandangan psikologi perdagangan dan pasar, hal ini akan meninggalkan kesan yang mendalam.

Mari kita lihat mata uang Turki. Sebelum penggantian nama, 1 dolar AS sama dengan 1,5 juta Lira Turki. Namun, setelah penggantian nama, $ 1 sama dengan 1,8 lira. Ini membuat mata uang lira terlihat lebih konsisten dengan mata uang lainnya.

Selain itu, hal ini akan meningkatkan kredibilitas dan daya saing mata uang lira dalam perdagangan internasional.

Jadi, apa perbedaan antara pertukaran denominasi dan Sanering?

Sanering adalah kebalikan dari mengganti nama. Sanering adalah memotong nilai mata uang untuk mengurangi jumlah mata uang yang beredar saat ini. Ini biasanya digunakan saat inflasi tinggi, jadi cara langsung untuk mengurangi inflasi adalah dengan mengempis.

Oleh karena itu, pembersihan tidak dapat diartikan sebagai penggantian nama. Singkatnya, adanya pesta pora akan menurunkan daya beli masyarakat, karena nilai uang akan turun, dan harganya akan tetap sama.

Misalnya, Anda memiliki Rp. 5.000, kemudian pemerintah mengurangi nilainya menjadi Rp. 5. Jika harga sekantong roti Rp 5.000, maka harga rotinya tetap sama, namun Anda harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli roti. Karenanya, saat pembersihan dilakukan, otomatis daya beli masyarakat akan turun tajam.

Perubahan telah terjadi

Indonesia sendiri menerapkan peraturan penggantian nama pada tahun 1965, dengan nomor presiden 27/1965.

Namun penggantian nama pada tahun 1965 gagal karena berbagai faktor, salah satunya adalah masyarakat kurang memahami keadaan psikologisnya, sehingga terjadi inflasi yang tinggi dimana-mana. Selain itu, masih terjadi gejolak politik yang tinggi saat itu.

Kunci sukses penggantian nama adalah membuat masyarakat paham sebagai pelaku ekonomi. Kebijakan pemerintah mungkin tidak mencapai hasil yang diharapkan. Karena itu, semua tergantung kesiapan masyarakat.

Tanpa bentuk sosialisasi publik yang baik, kebijakan penggantian nama akan mampu menutupi kegagalan yang terjadi pada tahun 1965.

Risiko revaluasi denominasi

Meskipun mengganti nama dapat memberikan banyak manfaat, Anda juga harus mempertimbangkan risikonya. Jika risiko-risiko ini tidak dipertimbangkan dengan baik, penggantian nama tersebut tidak akan memperburuk situasi ekonomi Indonesia. Berikut ini adalah risiko penggantian nama:

Harga dibulatkan menjadi inflasi

Pembulatan harga sebenarnya dapat menyebabkan inflasi tinggi. Sudah tahu kan istilah ilusi uang? Ini bisa terjadi jika Anda melihat angka-angka dalam mata uang, bukan daya beli dalam mata uang.

Sebagai contoh, jika Anda terbiasa menghabiskan Rp15.000 untuk makan, maka ganti nama dari Rp15.000 menjadi Rp15. Di sinilah fantasi uang terjadi.

Mengapa? Karena terbiasa menghabiskan ribuan kali makan, ketika makan dengan harga 15 rupiah, uang terlihat kecil dan nilainya menjadi semakin rendah. Faktanya, Rp. 15 memiliki dan Rp. 15.000 daya beli yang sama.

Jika ilusi ini benar-benar terjadi di masyarakat, maka kita harus tetap waspada. Adanya ilusi moneter yang sangat besar akan menyebabkan inflasi tinggi.

Perlu sosialisasi dan implementasi berbiaya tinggi

Ketika pemerintah merumuskan dan melaksanakan aturan penamaan kembali, pemerintah juga harus bersiap menghadapi biaya sosialisasi dan pelaksanaan yang tinggi.

Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar. Orang-orang yang tinggal di dalamnya adalah orang-orang dengan kondisi geografis yang berbeda, pengetahuan pendidikan yang beragam, metode akses yang berbeda, dan fasilitas yang berbeda.

Penduduk perkotaan tentunya dapat mengakses Internet dengan sangat baik, namun masyarakat yang tinggal di daerah terpencil tentunya akan kesulitan untuk mengakses Internet.

Pemerintah memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam hal sosialisasi. Selain banyak perbedaan, pemerintah juga harus menyiapkan anggaran yang besar. Tidak hanya itu, dibutuhkan banyak waktu bagi masyarakat untuk memahami tujuan dari penggantian nama tersebut.

Biaya yang dibutuhkan tidak hanya untuk sosialisasi, tetapi juga untuk pelaksanaan proses penggantian nama. Biaya ini akan digunakan untuk mencetak mata uang, pengiriman uang, dan memproses lampiran hukum yang diatur.

Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan, kesiapan dan persiapan yang serius untuk melaksanakan strategi rename. Situasi ekonomi negara juga harus memberikan dukungan yang kuat dalam pelaksanaan proses ini agar dapat berjalan dengan baik.

Jadi, sudahkah kita menyiapkan kebijakan ganti nama rupiah?

Sebagai masyarakat Indonesia yang cerdik, tentunya langkah pertama yang harus kita ambil adalah memahami arti membangun kembali rupiah agar kita tidak salah paham dan khawatir nilainya akan berkurang di kemudian hari.

Pada dasarnya, penggantian nama hanyalah penyederhanaan nomor rupee. Hal ini tentunya memiliki kelebihan dalam hal pencatatan keuangan di bidang akuntansi. Ini membuatnya lebih mudah untuk menghindari kesalahan apa pun.

Namun, akan lebih mudah jika Anda menggunakan software akuntansi Accurate Online. Mengapa? Karena dengan menggunakan Accurate Online akan memudahkan Anda dalam membuat dan mengecek laporan keuangan bisnis kapanpun dan dimanapun. Selain itu, data laporan juga akan disimpan dengan aman, sehingga dapat digunakan dengan lebih mudah.